Kepribadian orang dididik sejak usia anak-anak oleh orang tuanya. Kalau Anda, sebagai orang tua, ingin memiliki anak yang hebat, ajarkanlah mereka hal-hal yang baik, termasuk siap menerima kekalahan. Sebab Anda tentu tahu kalau kehidupan tidak melulu tentang kemenangan. Menurut Sam Weinman, penulis buku Win at Losing: How Our Biggest Setbacks Can Lead to Our Greatest Gains, kondisi menang dan kalah bahkan sudah mejadi bagian dalam kehidupan anak-anak.

Sebagai orang tua tentu Anda berharap anak bisa menjadi juara. Namun, Anda harus ingat kalau yang bertarung adalah anak Anda, bukan Anda. Kekalahan sudah menjadi bagian dalam hidup dan kondisi ini seringkali tidak bisa dihindarkan.

Lalu kenapa anak-anak sejak dini sudah diajarkan untuk menerima kekalahan? Sam mengatakan kalau satu titik dalam hidupnya, anak pasti akan mengalami kekalahan. Jika anak mengalami hal itu, biarkan dia merasakannya. Tugas Anda adalah membantu dia agar mampu menerima hal itu dengan lapang dada. Ini 5 caranya!

1. Fokuskan pada semangat dan kesenangan yang dia dapatkan
Sebelum anak bertanding, hindari fokus membahas kemenangan. Mintalah anak bertanding dengan penuh semangat dan fokus pada kesenangan dari pertandingan yang dia lakukan. Sehingga walaupun kalah, anak tetap bisa mendapatkan kebahagiaan karena melakukan hal yang dia senangi.

2. Mengajarinya menghormati sportivitas
Ketika anak kalah, selalu ajarkan padanya untuk memberikan ucapan selamat kepada pemenang, yang merupakan lawannya. Berikan contoh lewat tayangan atau pertandingan olahraga yang kalian saksikan bersama, bagaimana mereka yang kalah tetap memberikan pujian dan ucapan selamat meski kalah.

3. Berikan pujian atas usahanya
Meski kalah, bukan berarti si kecil tidak berusaha, kan? Dia pasti juga sudah memberikan usaha yang terbaik dan jangan lupa untuk membahas hal tersebut. Berikan pujian atas usaha anak dan jangan ragu menyebutkan kelebihan serta momen-momen yang paling keren dari aksi si kecil di pertandingannya tadi.

4. Bicarakan alasan dia kalah
Saat dirinya sudah mampu menerima kalau dirinya kalah, Anda bisa membahas hal-hal apa yang membuat dirinya gagal mendapatkan kemenangan. Hindari untuk menyalahkan orang lain dan jangan sampai anak menyalahkan dirinya. Fokuslah untuk membangun semangat dan kepercayaan diri anak sehingga bersemangat untuk bangkit dari kekalahannya itu.

5. Hindari mengasihaninya
Jangan terlalu berusaha keras membuat anak senang setelah dirinya kalah. Rasa sedih yang dialaminya itu wajar dan biarkan dia mengenal perasaan tersebut. Berpura-pura membelikannya piala, sama seperti milik pemenang, atau membelikan mainan favoritnya bukanlah langkah yang tepat, lho.

Jika sejak kecil anak sudah paham akan rasanya kalah, maka ketika dewasa mereka pasti mampu menghadapi hal tersebut dengan lebih bijaksana. Bukannya memaksa untuk menang, anak pasti lapang dada dan akan berusaha lebih giat dengan cara yang jujur dan adil untuk meraih kemenangan di kesempatan berikutnya. (dok.internet education)